Friday, July 31, 2009

Pengalaman Pramugari China Airlines


(Kisah nyata) Pengalaman Pramugari China Airlines


Aq adalah seorang pramugari biasa dari china airlines, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu aq mempunyai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan aq terhadap pekerjaan maupun hidup aq. Hari itu jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari itu. Diantara penumpang aq melihat seorang kakek dari desa merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu aq yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang. Kesan pertama dari pikiran aq adalah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman. Ketika melewati baris ke 20, aq melihat kembali kakek tua tersebut. Dia duduk dengan tegak dan kaku di tempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung. Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang. Menjelang pembagian makanan, kami melihat dia duduk dengan tegang di tempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang di dalam pesawat. Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet. Pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang di sebelahnya dan menelan ludah. Dengan tidak menanyakannya, kami meletakkan segelas minuman teh di meja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, kami mengatakan kakek sudah haus, minumlah. Pada saat itu dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkannya kepada kami. Kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, dia merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir jalan, tapi dia tidak diladeni malah diusir.

Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naek mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan di pinggir jalan, itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah di tingkat tiga di Peking. Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota dan akhirnya pindah kembali ke desa. Sekali ini kakek tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega kakek tersebut naik mobil begitu jauh sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani dia bersama-sama pergi ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal, dia bersikeras dapat pergi sendiri dan akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan bandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut di tempat bagasi, tetapi dia bersikeras membawa sendiri. Katanya jika ditaruh di tempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut diatas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia, dengan hati-hati dia meletakkan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar. Saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan kepadaku apakah ada kantongan kecil ? dan meminta aq untuk meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa, di mata seorang desa menjadi sangat berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi di luar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan, tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi aq.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa aq lupakan seumur hidup aq, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terimakasih bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai. Dia berkata ”kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah minum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap aq dan meladeni aq dengan sangat baik, aq tidak tahu bagaimana mengucapkan terimakasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.” Dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja di lapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang yang aq jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami. Kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terimakasih. Sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya. Perbuatan tersebut membuat aq sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat aq di masa yang akan datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.


Credited : Kevin Renaldi

Monday, July 27, 2009

Gabe Bondoc - Love Story (Romeo Vers.)


Ok this another Gabe Bondoc version that i like, Love Story with Romeo Vers.... Bener2 dia bikin arrange ulang dan itu sangat bener2 bagus !!! cewek yg denger and ngerti pasti keplek2 dah !!!
Silahkan di download, and jgn lupa juga liad videonya dia main gitar :P


The Mp3 :


The Video :

Sunday, July 26, 2009

Gabe Bondoc - Part of Your World


Hey, mau kasih lagu bagus bgt neh, OST. Little Mermaid, Part of Your World judulnya...
Sebenernya neh lagu dinyanyiin Ariel, waktu di film kartun nya, versi nya bisa dilihat aja langsung di youtube.. Tapi yang gw mau tampilkan disini, versi cowok yang upload video versi dia, nyanyi lagu ini... Dan the result is.......... VERY VERY NICE !!!! His name is Gabe Bondoc, buat liad keterangan selanjutnya tentang si Gabe ini, liad situs pribadi dia di akhir video youtube nya...

Gue kasih video youtube nya, lu pada bisa nonton (lebih bgs pake HQ yah, biar lebih jernih suaranya dia)... Dan juga gue kasih lagu mp3 nya, udah gw cut and suaranya jernih, tinggal disedot and listen it !!!

The Mp3 :


The Video :

My Little Brother


My Little Brother



Aq dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aq mempunyai seorang adik, 3 tahun lebih muda dariku yang mencintaiku lebih daripada aq mencintainya.

Suatu ketika untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aq mencuri 50 sen dari laci ayahku, ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aq berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya.."siapa yang mencuri uang itu ?" beliau bertanya. Aq terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapapun mengaku, jadi beliau mengatakan, "baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Beliau mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkram tangannya dan berkata, "ayah, aq yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah sangat marahnya sehingga ia terus mencambukinya sampai beliau kehabisan napas. Sesudahnya, beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang ? kamu layak dipukul sampai mati! kamu pencuri tidak tau malu!"

Malam itu, ibu dan aq memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetespun. Di pertengahan malam itu, aq tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "kak, jangan menangis lagi sekarang, semuanya sudah terjadi"

Aq masih selalu membenci diriku karna tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aq tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun, aq berusia 11 tahun

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, aq diterima untuk masuk ke universitas provinsi. Malam itu, ayah menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Aq mendengarnya memberengut, "kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik", ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela napas,"hasil yang begitu baik ? apa gunanya ? bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus ?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,"ayah, aq tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya,"mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya ? bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesa!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aq menjulurkan tanganku selembut yang aq bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,"seorang anak laki2 harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aq sebaliknya telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya sebelum subuh datang adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian yang lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering, dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas diatas bantalku."kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Aq akan mengirimu uang."

Aq memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu adikku berusia 17 tahun, aq 20.

Dengan uang ayahku pinjam di seluruh dusun dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aq akhirnya sampai ke tahun ke3. Suatu hari, aq sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku ? Aq berjalan keluar dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aq menanyakannya, "mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku ?"

Dia menjawab, tersenyum, "lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tau aq adalah adikmu ? Apa mereka tidak akan menertawakanmu ?"

Aq merasa terenyuh dan air mata memenuhi mataku. Aq menyapu debu2 dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "aq tidak perduli omongan siapapun! km adalah adikku apapun juga! km adalah adikku bagaimanapun penampilanmu."

Dari sakunya, dia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Dia memakaikannya kepadaku dan terus menjelaskan, "aq melihat semua gadis kota memakainya. Jadi aq pikir kamu juga harus memiliki satu." Aq tidak dapat menahan diri lebih lama lagi, aq menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu ia berusia 20, aq 23.

Kali pertama aq membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti dan kelihatannya bersih dimana-mana. Setelah pacarku pulang, aq menari seperti gadis kecil di depan ibuku, "ibu tdak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!". Tetapi katanya, sambil tersenyum, "itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya ? ia terluka ketika memasangkan kaca jendela baru itu."

Aq masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, 100 jarum terasa menusukku, aq mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya,"apakah itu sakit ?" Aq menanyakannya."Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika aq bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan.." Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aq membalikkan tubuhku memunggunginya dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu adikku 23 tahun, aq berusia 26 tahun.

Ketika aq menikah, aq tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aq mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Aq akan menjaga ibu dan ayah disini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manager pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aq pergi menjenguknya. Melihat gips putih di kakinya, aq menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manager ? Manager tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya ?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya, "Pikirkan kakak ipar, ia baru saja jadi direktur dan aq hampir tidak berpendidikan. Jika aq menjadi manager seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan ?"

Mata suamiku dipenuhi air mata dan kemudian keluar kata-kata ku yang sepatah-sepatah, "tapi kamu kurang pendidikan juga karena aq!" Adikku berkata, "mengapa membicarakan masa lalu ?" adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun dan aq 29 tahun

Adikku kemudian berusia 30 tahun ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "siapa yang paling kamu hormati dan kasihi ?" tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "kakakku".

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat, "ketika aq pergi sekolah SD, yang berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan aq berjalan selama 2 jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, aq kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, aq bersumpah, selama aq masih hidup, aq akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar dari bibirku, "dalam hidupku, orang yang paling aq berterima kasih adalah adikku." dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di hadapan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

(dari "I cried for my brother six times - Swaramer)

Credited : Kevin Renaldi